Minggu, Desember 24, 2006

Jayagiri Desember 2006

Ini catatan perjalanan Bandung - Gunung Tangkuban Parahu melalui Jayagiri pada hari Sabtu, 16 Desember 2006. Buat yang cukup sering ke sana, memang tidak ada yang begitu special, namun tujuan kita sebenarnya adalah perjalanannya itu sendiri. Tangkuban Parahu hanyalah sebuah tempat yang menandakan kita mesti makan siang, kemudian bergegas pulang.

Geger Kalong Girang Bandung, sekitar 8:30 - Saya bersama seorang teman memulai perjalanan dari daerah Geger Kalong Girang. Waktu itu cuaca cukup cerah. Sekitar tiga puluh menit perjalanan menuju desa Jayagiri kita habiskan dengan ngobrol2 tentang kerjaan, cita2 bisnis, keluarga, dsb. Begitulah, kita memang udah lama gak pernah ngobrol semenjak lulus kuliah taun 2001.

Desa Jayagiri Lembang, sekitar 9:00 - Matahari terasa lumayan menyengat, maklum kita pergi agak kesiangan. Dari desa inilah jalan kaki dimulai. Kulihat di depan jalan aspal tidak terlalu bagus agak menaik, ini adalah jalan menuju pintu gerbang bukit Jayagiri. Jauh di depan sana, kulihat Gunung Tangkuban Parahu dengan sebuah menara di atasnya. Saya ingat betul menara itu, karena kami pernah ke sana dulu. Pada awalnya suasana cukup ramai, ya namanya juga sebuah desa yang terletak tak jauh dari Lembang kota, di kiri kanan banyak rumah penduduk, kantor desa, bahkan gereja pun ada. Namun semakin lama berjalan, suasana semakin sepi pertanda hutan Jayagiri semakin dekat.

Gerbang Bukit Jayagiri, sekitar 9:15 - Belum apa2 keringat udah mulai menetes. Kemudian kita duduk2 dulu sekedar melepas lelah setelah jalan kaki sekitar 15 menit. Ini sih belom apa2, perjalanan kita masih jauh. Ini memang bukan kali pertama kami ke Jayagiri. Saya bahkan gak inget lagi berapa kali hiking ke tempat ini, mungkin 7 atau 8 atau 10 kali, pokoknya cukup sering. Pertama kali ke sini taun 1992, waktu itu acaranya pramuka kelas 6 SD. Kemudian baru sekitar taun 2000 (semasa kuliah) kembali ke Jayagiri. Nah semenjak saat itu lah saya dan teman2 cukup sering main ke sini, refreshing, begitu alasannya kira2.

Sebelum masuk gerbang, tak lupa ke toilet dulu, maklum setelah masuk bukit I, toilet baru bisa ditemui di bukit II yang jaraknya lumayan jauh untuk sekedar menahan kencing, apalagi BAB.

Bukit I Jayagiri, sekitar 9:30 - Setelah bayar tiket masuk Jayagiri dan tanya2 sedikit sama penjaga pos, kami memulai perjalanan. Jalan setapak itu mulai kami jalani. Lama kelamaan kami baru sadar, kami tidak sekuat dulu waktu masih kuliah, padahal kita belom tua2 amat ya, begitu kira2 obrolan kita. Bagaimanapun, saya selalu menikmati perjalanan ini, karena saya senang melihat alam, apapun bentuknya. Perjalanan kita lalui dengan terengah2. Sesekali kita istirahat, tak lama kemudian kita jalan lagi. Istriku sempat menelepon di tengah perjalanan menanyakan kabar, itupun aku jawab sambil terus berjalan dengan nafas tak teratur.

Aku tau di bukit pertama ini akan menemui persimpangan, dan aku mesti ambil ke kanan, sebab kalo ke kiri kita bisa kebuang ke semak2 alias jalan buntu. Ini pernah kejadian dulu, sehingga kita mesti kerja keras ngebuka jalan baru ke kanan, sampe nemuin track yang biasa dilalui orang. Pokoknya jangan sampe itu terulang lagi.

Bukit II Jayagiri, sekitar 11:00 - Bukit II diawali dengan pemandangan relatif datar, di sini dulu sering kulihat orang berkebun. Dulu, beberapa taun lalu, pohon-pohon di sini tidak begitu tinggi seperti baru beberapa waktu saja orang melakukan penghijauan. Tapi sekarang sudah lain, pohon-pohon sudah agak tinggi, sehingga agak sulit melempar pandangan jauh ke sana. Nah di bukit II inilah terdapat toilet yang ke-dua. Kami kemudian istirahat sejenak di sini, sekedar cuci muka dengan air yang dinginnya tak mungkin kami temui di Bandung kecuali di dalam lemari es. Toilet ini sejak dulu memang tidak bagus kondisinya, tapi tidak sejelek sekarang, setidaknya dulu aku bisa mengunci pintu toiletnya, sekarang bahkan kulihat atapnya udah pada bolong termakan usia. Aku menarik nafas sejenak mengenang beberapa taun lalu di tempat ini. Kulihat tempat ini sudah rapuh karena waktu, apakah aku juga berubah ? Lebih baik atau lebih buruk seperti toilet ini !?

Di awal bukit II ini ada satu dua warung jajanan, tapi sengaja kita lewat, karena memang kita membawa bekal yang cukup untuk sampe di Parahu sana. Di bukit ini kondisinya berbeda, jalan setapak tidak begitu menaik, tidak seberat di bukit I, relatif datar. Sebuah persimpangan kembali kita temui. Ke kanan adalah jalan yang cukup dekat menuju jalan raya, sedangkan ke kiri adalah jalan setapak menuju Parahu. Kami lalu ambil jalan setapak, kupikir di sini pemandangan akan jauh lebih menarik dari pada jalan raya yang dilalui kendaraan. Di sini pepohonan lebih rimbun, rapat dan lembab, juga tak lupa .. banyak nyamuk. Di perjalanan kulihat juga beberapa bangkai pohon tumbang mungkin karena hujan atau angin. Biarpun musim ujan udah masuk tapi jalan yang biasanya dialiri air kini hanya lembab, padahal jalan yang dilalui air di bukit II ini salah satu yang saya senangi. Singkat cerita akhirnya kami sampe di ujung bukit II, yaitu jalan raya menuju Parahu.

Jalan Raya menuju Parahu - Setelah bayar (lagi) tiket masuk Parahu, kami terus menyusuri jalan aspal cukup besar, ini jalan utama menuju Parahu sehingga mobil dan motor banyak lalu lalang di sini. Tak lama kemudian kami temui jalan setapak alternatif menuju Parahu. Tanpa pikir panjang kita langsung ambil jalan ini, maklum pecinta alam permai :p. Sambil ngemil makanan kecil kita menyusuri jalan setapak ini sampe akhirnya kebuang lagi ke jalan raya. Singkat cerita kami akhirnya sampe di Kawah Ratu. Karena waktu dzuhur sudah tiba kami langsung saja menuju mushola.

Tangkuban Parahu, sekitar 12:30 - Setelah sholat, kami naik ke atas mushola sekedar melihat keadaan sekitar. Kabut putih turun, sesekali sinar matahari masuk merupakan pemandangan biasa, tiap taun juga begini, nggak ada hal aneh dan baru di Parahu. Namun tujuan kita sebenarnya adalah perjalanannya itu sendiri. Tangkuban Parahu hanyalah sebuah tempat yang menandakan kita mesti makan siang, kemudian bergegas pulang.

"Ritual"ku di kawah Ratu adalah makan siang di tepi kawah sambil minum kopi yang dibeli di warung sekitar. Buatku itu sangat special, padahal menurut sebagian orang selera makan jadi hilang karena bau belerang, entahlah. Kami memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana lagi (biasanya kami ke Kawah Upas & Kawah Domas, bahkan pernah naik menuju menara pengawas Parahu) karena waktu kita sangat terbatas waktu itu, rencananya temanku mesti cepat2 pulang ke Bogor. Setelah makan dan ngobrol2 akhirnya kita begegas pulang dengan tidak lupa sebelumnya membeli pohon kakus kecil pesanan istriku.

Pulang ke Bandung, sekitar 14.30 - Kita pulang pake angkutan umum dari Parahu langsung ke Lembang, kemudian diteruskan ke Bandung dan masuk daerah Geger Kalong Girang sekitar pukul 16.00. Selamat datang kembali di Bandung.

Selesai - Dan akhirnya semua berubah. Adakah kita berubah !? Jika tidak, kita akan tergusur oleh waktu. Semoga jika suatu saat aku kembali ke sini, aku telah menjadi lebih baik dari hari yang indah ini. Tidak ada yang aku bawa dari Parahu hari ini kecuali beberapa hikmah untuk bekal hari esok.

Keep blogging.

Tidak ada komentar: