Rabu, November 29, 2006

Bandung Sore Ini

Tidak seperti hari-hari kemarin, dari pagi hujan gak juga turun di sekitar City Hall. "Ritual penting" tadi pagi yang memakan waktu dua jam dipayungi panas yang cukup menyengat punggungku, tapi masih menyisakan kesegaran udara karena hujan yang cukup lebat dua hari sebelumnya. Pohon besar di plaza keliatan lebih segar dan bersih, ada juga kupu-kupu yang keluar dari pepohonan, biarpun yang kulihat cuma satu. Gak apa-apa, toh musim hujan baru aja mulai.

Sampe aku sholat ashar di masjid seberang, tiba-tiba hujan disusul angin sempoyongan mengguyur jalanan yang agak ramai dengan kendaraan. Aku sempet kesal juga, seakan hujan ini sengaja menghalang-halangi aku untuk cepat pulang dan tiba di rumah bertemu anak istriku. Kekesalan itu berakhir sampe ada teman di sebelahku bilang "Alhamdulillah hujan turun". Akupun tersadar, kita telah mengalami kemarau yang cukup panjang, mungkin sampe sembilan bulan, sudah selayaknya kita bersyukur atas nikmat hujan ini. Alhamdulillah, akupun turut merasakan nikmatnya hujan ini. Ini namanya kejadian dilihat dari sudut pandang lain (pelajaran pertama - weks :p).

Hujan gak juga reda, aku memaksakan untuk kembali ke kantor, karena ini udah jam empat lebih, biarpun mesti lari keujanan. Tiba di kantor, tampak tinggal segelintir orang yang tersisa, itupun karena nunggu ujan reda, lainnya udah pada pulang sebelum jam tiga sore, seperti biasa. Ngobrol sebentar gak bikin hujan reda. Akhirnya aku pamit pulang, cukup pake sandal jepit, soalnya sepatu takut kotor, maklum sebagai biker yang males bersiin sepatu. Tempat parkir juga agak jauh, dan gak mungkin untuk sampe di sana tanpa keujanan (lagi), gak apa-apalah baju "korps" ini emang udah basah dari tadi.

Adegan biker ujan-ujanan memang bukan skenario baru. Dulu, waktu aku kerja di Kota Baru, riding under the rain sampe sejam setengah udah sering dilakonin, jadi bukan barang baru, tapi aku sih enjoy-enjoy aja, maklum riding itu emang menyenangkan buatku even ujan lebat sekalipun. Tapi kali ini berbeda, gak begitu mengasyikan, rasanya jarak kantor terlalu dekat dari rumah. Akupun sering merasa aneh sendiri, kok ada ya, orang yang merasa jarak rumah dan kantornya terlalu dekat, tapi begitulah kejadiannya.

Kembali ke cerita, akhirnya aku memutuskan untuk pulang biarpun ujan cukup deras mengguyur. Kalo udah dijalanin, ujan gede pun rasanya gak semengerikan waktu kita berteduh di tempat kering, dinginnya gak sedingin waktu kita melihat dari balik jendela (hmmm agak dalem nih maknanya :p). Bahkan mandi sore ini gak begitu menakutkan seperti kemaren-kemaren, hehehe. Ya itu mungkin karena suhu di luar lebih dingin dari air di bak mandi.

Hari ini membawa banyak pelajaran, seperti juga (seharusnya) hari-hari kemaren. Hari ini selalu membawa kenangan masa lalu. Kota ini akan selalu menjadi saksi perjalanan seorang anak manusia yang memunguti butiran-butiran pelajaran untuk bekal di suatu hari di mana ia tak lagi mampu berdiri dengan tegak. Bandung cukup dingin sore ini. Keep Blogging !

Senin, November 27, 2006

Pengennya Bisnis

Ini cerita tentang si Aku. Cita-citanya sih panjang kayak kereta, pengen punya bisnis sendiri. Lho terus knapa malah jadi PNS ya !? Lho emangnya gak boleh ya !? Bisnis itu mesti total ya !? Dari beberapa (sedikit sih) buku yang saya baca (gak pernah ada yang tamat), keliatannya semua teori dan pengalaman empiris dari best practices (weks !!!) mengerucut pada konklusi demikian (bisnis mesti total). Akh ... dari pada nungguin ngejalanin bisnis yang gak jadi-jadi mending sikat aja apa yang ada di depan hidung gue (salah satunya ya jadi PNS). Soal bisnis kita pikirin aja nanti lagi (selalu begitu). Toh akhirnya saya masuk seleksi juga, padahal awalnya gak niat-niat amat, sementara di luar sana ribuan orang yang udah bertaun-taun ikutan seleksi cuma bisa berharap taun depan mah bisa lolos, sugan.

Aku inginnya sih sederhana. Tapi tiap kali diskusi masalah bisnis dengan orang, malah tambah kompleks rasanya. Tapi pencarian belum berakhir. Baca buku cari info sana-sini masih dijalanin. Aku percaya suatu hari jika kita berusaha terus akan ketemu dengan hal terbaik buat kita. Bukankah orang yang sekarang sukses juga pada awalnya dia bermimpi dulu tentang hari ini. Malah mungkin dulu dia diketawain orang, HAHAHA begitulah bunyinya.

Sabtu, November 18, 2006

Bush & My Poor Country

Kacamata agama terlalu mewah bila digunakan untuk berbicara masalah Bush dengan seorang sekuler. Lebih baik kita pake konteks yang lebih rendah : etika .. atau perikemanusiaan ? apapun namanya terserah deh. Begini saja, waktu peristiwa WTC 11 September yang menewaskan 3000 orang, semua orang (diajak) menangis, semua orang (diajak) membenci Osama bin Laden dan pengikutnya atas nama memerangi teorisme. Semua orang-orang yang dianggap teroris dikejar-kejar, ditangkap, dimasukan ke bui. Tapi kita seolah menutup mata bahwa Bush telah membunuh ratusan ribu (atau bahkan lebih ?) orang di Afganistan, Irak, Palestina, dst. Apakah kita tidak melihat ? pura-pura bego ? tidak peduli ? atau memang terlalu polos ? untuk melihat semua ini. Layakkah kita mengagung-agungkan, menyambut, mengharapkan iba dari seorang penjahat perang ? Tentu sikap kita sebagai rakyat biasa dan presiden sebagai seorang tokoh politik mungkin berbeda, karena pemerintah kita akan berpikir politis ketimbang kita yang idealis. Sebagai seorang presiden, saya pikir tidak ada salahnya menerima siapapun tamu yang datang, tapi dengan biaya 6 M ? Keterlaluan. Ya mungkin bila kerjasama nanti terjalin Indonesia akan menerima bantuan yang jauh lebih besar lagi, jadi balik modal udah pasti. Bantuan ? bantuan apa ya ? Ya bisa pendidikan, teknologi, etc. Satu hal yang pasti adalah Bush punya "kepentingan" di Indonesia. Apakah Indonesia mau menukar kehormatannya dengan "kepentingan" Bush ? Jika jawabnya ya, pantas saja banyak orang yang gak punya kebanggaan lagi dengan Indonesia, bahkan mungkin malu.

Rabu, November 15, 2006

Lagu Sedih

Begitulah memang ...
Kita seringkali berhadapan dengan hal-hal yang "mengerikan".
Namun pada saat yang bersamaan, itu adalah yang terbaik dalam hidup kita.
Tak ada yang perlu disalahkan.
Tak perlu mencari-cari kesalahan.
Jalani saja seperti air yang mengalir.
Meski memang tidak mudah.
Layaknya ikan laut yang mesti berenang di air tawar.
Dunia menjadi sempit menghimpit.
Suatu hari kudengar lagu sedih.
Tak lama kemudian sayup-sayup aku diperdengarkan lagu yang menghibur.
Dan cerita ini terus berulang entah sampai kapan.